Sebuah potret aktifitas kaum muslimin menjelang Iedul Fitri yaitu tradisi menghambur-hamburkan uang untuk membeli hal-hal yang serba baru, celana baru, sepatu baru, handphone baru, perabotan rumah yang baru, dan sebagainya. Benar2 boros, benar2 konsumtif, dan itu sudah menjadi hal yang lumrah.
Menjelang Iedul Fitri, masjid-masjid dan mushola2 mulai ditinggalkan jamaahnya yang sibuk mempersiapkan hari raya. Terjadi pergeseran aktivitas masyarakat dari tempat2 ibadah ke pusat-pusat perbelanjaan.
Perilaku konsumtif ini sebenarnya bisa dibendung dengan suatu strategi rekayasa sosial yaitu dengan mengembalikan peran keluarga. Keluarga adalah komponen masyarakat yang terkecil. Pendidikan sejak dini bagi anak-anak tentang pentingnya berhemat, menabung dan bersedekah juga diharapkan menanamkan nilai-nilai positif yang bisa diandalkan untuk melawan penyakit konsumtif.
Jika setiap keluarga tidak bersikap konsumtif, maka masyarakatnya juga tidak akan bersikap konsumtif.
Peran public figure atau tokoh adalah kunci dari suatu masyarakat atau lingkungan yang bisa memberikan pengertian kepada masyarakat tentang buruknya perilaku konsumtif. Dengan demikian tindakan menghambur-hamburkan uang untuk belanja dan memenuhi kepuasan pribadi menjelang dan saat Iedul Fitri bisa dihindari.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
PEMBANGUNAN JALUR GANDA ANTARA STASIUN PURWOKERTO-STASIUN KROYA.
Revitalisasi pekeretaapian merupakan program yang dicanangkan sebagai bentuk tanggungjawab pemerintah terhadap kebutuhan masyarakat...
-
Meja Pelayanan/Local Control Panel Dalam sistim persinyalan, yang telah diuraikan dalam posting sebelumnya, kita kenal istilah peralatan...
-
Untuk menggerakan lidah wesel sesuai dengan tujuan dan arah Kereta Api diperlukan peralatan penggerak, baik mekanik maupun listrik. Secara U...
-
Alhamdulillah berkat doa pembaca blog ini, penulis bisa melanjutkan bercerita dan berbagi pengetahuan, khususnya sesuai dengan bidang penge...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar