Ada beberapa jenis transportasi massal perkotaan ataupun tempat-tempat pariwisata serta property besar untuk menghubungkan cluster ke cluster ataupun untuk kantor ke kantor yang mempunyai kesibukan tinggi. Angkutan massal dalam kota tidak memerlukan kecepatan tinggi seperti halnya di Jepang dan Jerman (High Speed train), yang terpenting adalah ketepatan waktu, kenyamanan, keteraturan dan ketersediaan sarana seperti :
1. Busway
2. Waterway
3. Tram way
4. Kereta ringan (Light rail)
5. Monorail/Aeromovel
6. Mass Rapid Transit (MRT)
7. Kereta Api dalam kota (Commuter Train).
Bus-way :
Angkutan bus-way telah diterapkan dibeberapa Negara, salah satunya di Indonesia yaitu koridor 1 s/d 10. Angkutan ini memerlukan prasarana jalan aspal/beton yang khusus dan tidak bersinggungan dengan prasarana angkutan lainnya serta stasiun pemberhentian/pemberangkatan untuk menunjang turun dan naiknya penumpang. Kapasitas Angkut terbatas serta memerlukan bahan bakar seperti Bensin/Gas/dll.
Angkutan bus-way ini akan effektif apabila sarana bus lebih banyak dengan perhitungan jumlah pemakai angkutan ini (penumpang) serta ketegasan peraturan untuk memberikan sanksi apabila pengguna jalan lain menggunakan prasarana jalan yang diperuntukkan bus-way.
Water-way :
Angkutan massal ini telah diterapkan di negara-negara yang sebagian besar terdapat sungai-sungai yang melintas dalam kota. Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah diterapkan di Pulau Kalimantan, Sumatra dan Irian Jaya. Di Jakarta telah di uji coba di Banjir kanal barat antara Manggarai dan Dukuh Atas. Prasarana menggunakan sungai dan Sarana menggunakan kapal-kapal motor dengan bahan bakar solar/bensin/dll. Untuk naik dan turunya penumpang di perlukan stasiun yang berada disisi sungai. Kapasitas angkut terbatas. Di Jakarta apabila sungai-sungai yang melintas di dalam kota dirawat kebersihan di kiri dan kanan sungai dari penghuni liar, sebenarnya angkutan ini dapat diterapkan.
Tram way
Angkutan massal ini tidak berbeda jauh dengan bus-way, hanya prasarana menggunakan jalan rail dan penggerak motor tram menggunakan listrik. Di Jakarta dan kota-kota lainnya telah diterapkan di jaman dulu, tetapi karena perencanaan dalam kota yang tidak memperhitungkan lebih jauh untuk kemacetan dan ketersediaan bahan bakar pada akhirnya angkutan ini hilang dengan sendirinya. Dahulu penggunaan tram sangat membantu untuk mobilitas penduduk dengan tidak menimbulkan polusi udara.
Angkutan ini memerlukan penggerak motor traksi daya kecil dengan menggunakan pantograph yang terhubung dengan overhead contact wire (Kabel Aliran Atas).
Kereta Ringan(Light Rail) :
Dengan berkembangnya penduduk dalam kota yang memerlukan mobilitas yang tinggi, dan memperhitungakan daya angkut serta tingkat polusi, pada akhirnya beberapa negara menerapkan angkutan jenis ini. Angkutan ini adalah pengembangan dari tramway, hanya dengan meningkatkan daya angkut yang besar. Prasarana juga menggunakan jalan rail dan Sarana memerlukan motor traksi dengan daya menengah dan terhubungan dengan pantograph yang terhubung dengan overhead contact wire (Kabel Aliran Atas).
Monorail/Aeromovel :
Sama halnya dengan Light Rail, perbedaannya hanya angkutan jenis ini menggunakan prasarana elevated (jalur atas). Sungguh sayang di Jakarta yang sudah mau diterapkan jalur blue line dan green line, pada akhirnya tertunda karena perencanaan pembiayaan yang kurang didukung oleh semua pihak. Tiang tiang penyangga yang sudah dibangun dengan biaya tinggi, terlihat hanya sebagai hiasan kota.
Angkutan ini sangat dibutuhkan untuk mobilitas penduduk serta mengurangi kemacetan dan mengurangi polusi dalam kota. Daya angkut yang besar seperti halnya dengan Light Rail. Biaya konstruksi khususnya untuk prasarana elevated yang lebih mahal dibanding dengan light rail serta stasiun-stasiun yang memerlukan anak tangga ataupun elevator/lift.
Taman Mini Indonesia Indah, telah menerapkan prototype monorail yang kita sebut dengan aeromovel untuk fasilitas pariwisata. Prasarana menggunakan jalan rail dan motor penggerak dengan daya menengah.
Mass Rapid Transit (MRT)
Transportasi Cepat Massal (Inggris: Mass Rapid Transit, disingkat MRT) adalah sistem angkutan cepat berbentuk jalan rel dan menggunakan motor penggerak dengan daya besar. Sistem transportasi umum ini sangat populer di Singapura, Manila, Malaysia serta di negara-negara besar lainnya. Transportasi ini adalah pengembangan dari sistim transportasi monorail, dengan daya angkut yang lebih besar dan kecepatan yang lebih tinggi serta tidak menimbulkan polusi udara. Kecepatan dan Daya angkut berbanding lurus dengan penggunaan motor penggerak yang juga memerlukan daya yang lebih besar. Di Jakarta sendiri sebenarnya sudah diterapkan angkutan jenis ini, kita bisa lihat antara stasiun Manggarai sampai dengan Kota, semua prasarana elevated(jalur atas). Hanya namanya berbeda bukan MRT tetapi KA Jabotabek. Secara umum dari kriteria disain adalah sama. Rencana Pemprov DKI dengan Departemen Perhubungan akan menerapkan transportasi ini mulai Lebak Bulus sampai dengan Dukuh Atas, dan Dilanjutkan dengan koridor berikutnya Dukuh Atas sampai dengan Stasiun Kota. Dan mungkin akan dikembangkan ke koridor lainnya yaitu ke Bekasi dan Tangerang.
Prasarana Jalan rail angkutan ini, untuk lahan-lahan yang sudah sempit dan sudah ada beberapa bangunan gedung, diterapkan jalur atas (elevated) untuk mengurangi biaya tinggi. Sedangkan untuk lahan yang tidak bermasalah, menggunakan bawah tanah yang biasanya kita menyebutnya terowongan (tunnel) dengan sistim keamanan(safety) yang baik. Biaya pembangunan lebih mahal dibanding dengan monorail.
Kereta Api dalam kota (Commuter Train).
Transportasi ini sudah diterapkan di Jakarta, khususnya koridor Bogor line, Bekasi Line, Serpong Line, Tangerang line dan Loop line. Seperti halnya MRT/Light Rail/Monorail, prasarana menggunakan jalan rail dan motor penggerak dengan daya besar. Daya angkut yang besar serta kecepatan maksimum 120 km/jam. Yang perlu diperbaiki untuk transportasi KA Jabotabek adalah masalah ketersediaan Sarana sehingga dengan jumlah penumpang yang melebihi kapasitas berakibat kenyamanan, ketepatan waktu terganggu. Stasiun stasiun yang kurang steril dari penumpang penumpang yang tidak memiliki ticket juga mengakibatkan transportasi ini kurang maksimal untuk menjadi transportasi alternative penumpang kendaraan roda dua ataupun roda empat.
Demikian ulasan beberapa angkutan missal dalam kota, untuk jenis Light rail, Monorail, MRT, Commuter memerlukan prasarana khusus dari jenis jalan rail dan komponen pendukungnya serta prasarana lainnya seperti sistim komunikasi, sistim signal dll. Dalam ulasan berikutnya penulis akan mempublikasikan sistim sistim pendukungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar