Selasa, Juni 09, 2009

DETIK TERAKHIR SAKARATUL MAUT RASULULLAH SAW

AIRMATA RASULULLAH SAW...


Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan


salam. 'Bolehkah saya masuk?' tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya


masuk, 'Maafkanlah, ayahku sedang demam', kata Fatimah yang membalikkan


badan dan menutup pintu.




Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan


bertanya pada Fatimah, 'Siapakah itu wahai anakku?'


'Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,'


tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan


pandangan yang menggetarkan.




Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.




'Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang


memisahkan pertemuan di dunia..


Dialah malaikatul maut,' kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan


tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan


kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.




Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit


dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.




'Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?', tanya Rasululllah


dengan suara yang amat lemah.


'Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu..


'Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu, ' kata Jibril.


Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh


kecemasan. 'Engkau tidak senang mendengar khabar ini?', tanya Jibril lagi.


'Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?'


'Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah


berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat


Muhammad telah berada di dalamnya,' kata Jibril.


Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh


Rasulullah ditarik.




Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya


menegang. 'Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.'


Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya


menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.




'Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?'


Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.


'Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,' kata


Jibril.


Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak


tertahankan lagi.




'Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini


kepadaku, jangan pada umatku.'


Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.


Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, ! Ali segera


mendekatkan telinganya. 'Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku'


'peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.'






Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.


Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan


telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.




'Ummatii,ummatii, mmatiii?' - 'Umatku, umatku, umatku'


Dan, berakhirlah hidup manusia mu lia yang memberi sinaran itu.


Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?


Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi




Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.



NB:


Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk


mengingat maut dan mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan


Rasulnya mencintai kita.

Tidak ada komentar:

PEMBANGUNAN JALUR GANDA ANTARA STASIUN PURWOKERTO-STASIUN KROYA.

Revitalisasi pekeretaapian merupakan program yang dicanangkan sebagai bentuk tanggungjawab pemerintah terhadap kebutuhan masyarakat...